Kiat Menjadi Kepala
Sekolah yang Disukai
Oleh Encon Rahman
Dewasa ini pemimpin sekolah memiliki kewenangan yang luas untuk melakukan
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengawasan, dan pengendalian
pendidikan di sekolah.
Berdasarkan kewenangan itu, pemimpin sekolah memiliki keleluasaan untuk
mengatur roda organisasi yang dipimpinnya. Di samping kewenangan, pemimpin
sekolah pun memiliki fungsi sebagai educator
(pendidik), manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator
(EMASLIM).
Kewenangan dan peran pemimpin sekolah di atas, tidak terlepas dari Peraturan
Menteri Pendidikan Nasional Nomor 13 tahun 2007 tentang Standar Kepala
Sekolah/Madrasah. Adapun standar kepala sekolah/madrasah mencakup lima komponen
yaitu kompetensi kepribadian, manajerial, kewirausahaan, supervisi, dan sosial.
Berdasarkan lima kompetensi kepala sekolah, kita dapat menyimpulkan,
setidaknya ada 33 komponen kompetensi pemimpin sekolah yang harus mampu
dilaksanakan oleh seorang leadership.
Apabila ada pemimpin sekolah yang tidak mampu mengimplementasikan ke-33 kompetensi
saat melaksanakan tugas di sekolah, maka dipastikan eksistensi leader itu tidak akan dicintai oleh
timnya.
Selanjutnya, agar seorang pemimpin sekolah dapat dicintai, setidaknya yang
bersangkutan harus bisa mengaplikasikan pemahaman sebagai berikut.
Pertama, jadikan jabatan pemimpin sekolah sebagai jabatan amanah. Jabatan pemimpin
pada hakikatnya, bukan bukti kemuliaan. Juga bukan bukti meningkatnya harkat
dan derajat di mata Allah SWT. Jabatan pemimpin hanyalah berbagi tugas dan
peran saja. Itulah sebabnya, pada saat kita menjabat pemimpin, tidak usah
merasa lebih pintar, cerdas, atau hebat. Pemimpin sekolah yang dicintai tim adalah pemimpin yang tidak arogan,
tawadhu, selalu menampung aspirasi dari tim dalam melaksanakan kewenangan,
tidak otoriter, dan tidak hawek (memperkaya
diri).
Berdasarkan kaca mata di
lapangan, banyak citra pemimpin sekolah yang terpuruk di mata tim, kondisi itu disebabkan
karena sifat hawek khususnya dalam
manajemen keuangan. Potret buram ini, bukan saja menjadi malapetaka, pada saat
melaksanakan kepemimpinan di sekolah, juga menjadi bumerang pada saat ia
pensiun.
Pemimpin yang hawek
tidak akan dihargai. Dicemooh. Dicaci.
Bahkan, dalam catatan sejarah, bisa jadi eksistensi yang bersangkutan menjadi
catatan terburuk sepanjang zaman. Naudzubillah. Berdasarkan kenyataan
tersebut, tak ada pilihan lain, jika seorang pemimpin yang ingin dicintai timnya
berkemaslah memperbaiki diri saat ini juga.
Kedua, menjadi contoh kebaikan. Pemimpin sekolah adalah figur. Karenanya, segala
tindak tanduknya sangat berpengaruh terhadap
organisasi yang dipimpinnya. Kebaikan yang dipertontonkan oleh pemimpin selama
ia menjabat, akan menjadi kenangan terindah bagi timnya. Selain itu, tim akan
meniru pola kepemimpinan tersebut pada
suatu hari nanti.
Ketiga, menjadi jalan kebaikan. Idealnya sebuah jabatan harus menjadi jalan
kebaikan sebanyak-banyaknya bagi umat. Demikian
juga dengan jabatan pemimpin sekolah. Manfaatkan jabatan pimpinan sebagai
upaya menjadi wasilah kebaikan bagi
orang lain.
Banyak di antara pemimpin sekolah, yang tidak mempergunakan momen ini untuk
mengeruk pahala sebanyak-banyaknya. Malah sebaliknya, kita pernah mendengar ada
pemimpin sekolah yang mempergunakan jabatannya untuk berdusta. Salah satu
misalnya, membuat SK untuk guru honorer sekian puluh tahun untuk kepentingan
syarat CPNS, padahal kenyataannya tidak demikian.
Keempat, menjadi pelayan yang baik. Pemimpin adalah pelayan. Itulah sebabnya,
dalam melaksanakan kewenangan dan fungsi yang bersangkutan harus mampu
mengkolaborasikan posisi sebagai manajer dan pelayanan.
Makna pelayan dalam konteks ini, yakni seorang pemimpin jangan jaga imej
(jaim), ingin dikultuskan, diagung-agungkan, bahkan dihormati secara
berlebihan. Pemimpin yang disukai adalah pemimpin yang memiliki rasa empati,
simpati, hormat, ramah dan melaksanakan 5S (senyum, salam, sapa, sopan, santun)
terlebih dahulu, sebelum timnya pun melakukan hal yang sama.
Jabatan pemimpin adalah jabatan sementara. Jabatan itu hanyalah topeng.
Oleh karena itu, jangan tergiur oleh kemasan topeng. Munculkan jati diri yang sebenarnya
melalui akhlak mulia. Inilah kunci sebenarnya agar seorang pemimpin disukai,
dicintai, dan dirindukan oleh timnya. Selamat menjadi figur pemimpin sekolah
yang profesional.***
Tidak ada komentar:
Posting Komentar