Translate

Jumat, 14 September 2012

Mencegah Anak Kecanduan Situs Porno


Mencegah Anak Kecanduan Situs Porno
Oleh Encon Rahman*)


            Internet dan situs porno ibarat pisau bermata dua. Internet merupakan perangkat yang dapat meningkatkan wawasan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek). Namun pada sisi lain, situs porno yang terdapat pada internet merupakan perangkat yang dapat merusak sendi-sendi akhlak.
            Rusaknya sendi-sendi akhlak merupakan awal kehancuran negeri. Bukankah umat terdahulu pun banyak yang hancur karena rendahnya sendi-sendi akhlak. Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan, sebab disinyalir  ada 4,2 juta situs porno yang dapat diakses siapapun, sementara 2.500 situs porno baru dikeluarkan orang setiap pekannya (MI, Tahun 2008. No. 9852/Tahun XXXVIII).
Dengan membaca temuan data situs porno tersebut, rasa-rasanya kita menjadi merinding. Betapa tidak, situs porno merupakan cikal bakal lahirnya degradasi moral. Degradasi moral bukan saja bisa melumpuhkan keimanan. Lebih jauh kondisi ini akan berakibat fatal bagi perkembangan kejiwaan seseorang.
Jika anak-anak kita termasuk generasi muda, sudah terjerat menikmati bahkan kecanduan situs porno, maka apa lagi yang bisa diharapkan. Situs porno merupakan tempatnya limbah kenistaan. Kenistaan tersebut selanjutnya akan menjadi bumerang bagi perkembangan pribadi yang bersangkutan.
Situs porno bagaimanapun tidak pernah mengajarkan apa yang disebut dengan pendidikan seks. Situs porno lebih cenderung mempertontonkan gairah seks semata. Dalam prakteknya, gairah seks tersebut sering tidak sejalan dengan norma dan budaya yang kita anut.
Itulah sebabnya, bagi anak-anak dan remaja yang kecanduan situs porno sering memiliki tingkah laku yang aneh. Mereka berusaha meniru dan mempraktekan apa yang pernah dilihatnya. Tak heran jika ada segerombolan remaja, ramai-ramai memperkosa anak kecil, setelah mereka menonton video porno, sebagaimana pernah diberitakan harian ini.
Tingkah laku aneh dari anak atau remaja yang kecanduan situs porno akan tampak dari cara bersikap, berbicara, dan memandang lawan jenisnya. Jika kondisi itu dibiarkan, maka bisa menyebabkan anak kelainan. Bukan saja dalam perihal seks, namun kesehariannya pun tidak seperti anak-anak normal.
Situs porno dewasa ini mudah diperoleh. Dengan menjamurnya warnet di berbagai tempat, harga modem yang murah meriah, handphone (HP) yang memiliki fitur internet, serta perangkat teknologi lain,  ternyata memudahkan siapapun dalam mengakses situs porno.
Jika demikian apa yang harus dilakukan orang tua agar anak tidak terjerumus kecanduan situs porno? Setidaknya ada beberapa tips yang bisa diimplementasikan.
Pertama, lakukan supervisi pasca anak bermain internet. Anak-anak yang kecanduan situs porno pada umumnya berasal dari keluarga menengah ke atas. Bukan keluarga broken home. Mereka pada umumnya kelebihan uang jajan dan sarana pendukung. Oleh karena itu, orang tua jangan membiarkan anak-anaknya asyik sendirian di hadapan dunia maya tanpa supervisi yang ketat.
Lakukan pengawasan pasca anak membuka internet. Situs apa saja yang ia buka. Jika ditemukan anak kita membuka situs porno, sebaiknya tidak perlu dimarahin. Lakukan diskusi dari hati ke hati bersama anak, bahas dampak positif-negatif membuka situs porno sehingga anak menjadi jera untuk tidak membuka kembali situs tersebut.
Kedua, menemani anak saat mengakses internet. Bimbingan orang tua sangat penting dalam kaitan ini. Menemani mereka dikala bermain internet merupakan strategi yang jitu agar mereka tidak berani membuka situs porno. Kehadiran orang tua setidaknya menjadi benteng dalam menghadang anak membuka situs porno.
Ketiga, orang tua proaktif dalam memberikan pengarahan masalah internet. Melakukan tindakan proaktif orang tua terhadap anak yang sedang mengakses internet disinyalir merupakan langkah preventif dalam mendeteksi dibukanya situs porno.
Sebaiknya orang tua “rewel” dalam mengarahkan anak dalam mengakses internet. Sikap ini diharapkan menjadi cambuk bagi anak untuk tidak membuka situs yang tidak layak dibuka seusianya. Sikap “rewel” orang tua tersebut toh untuk kebaikan anak-anak kita. Pada awal perjalanan bisa jadi sikap rewel tidak disukai anak. Namun dipastikan rewelnya orang tua sebagai bukti sayangnya orang tua terhadap anak-anaknya.
Keempat, memiliki jadwal dalam mengakses internet. Sebaiknya orang tua dan anak memiliki kesepakatan bersama kapan internet dibuka. Konsekwensi ini bukan saja dapat mencegah hal-hal yang tidak diharapkan. Melainkan juga, menjadi pelajaran berharga bagi anak dan orang tua dalam menjungjung komitmen bersama.
Kelima, sisihkan waktu untuk berdiskusi dengan anak. Kualitas pertemuan anak dan orang tua bukan ditentukan oleh banyaknya waktu luang. Orang tua yang sibuk pun dapat melakukannya di sela-sela rehat. Dengan membiasakan berdiskusi kecil di saat rehat, setidaknya akan mendorong rasa tanggungjawab anak tentang tingkah laku yang diperbuatnya.
Kita tak mungkin mencegah anak-anak untuk mengakses internet. Internet sudah menjadi kebutuhan yang tidak mungkin terlepas dari ruang hidup kita. Seperti halnya televisi, keberadaan internet sudah menjadi daya magnet tersendiri dalam mengekspos segala kebutuhan hidup.
Menjauhkan anak-anak dari internet pun bukan pilihan bijak. Sebab hal itu akan menyebabkan mereka menjadi gagap teknologi (gaptek). Oleh karena itu, membimbing anak dalam mengakses internet merupakan sikap bijak orang tua, baik di rumah maupun di luar rumah.(*)

1 komentar: