Translate

Jumat, 14 September 2012

Rahasia Menggali Ide Tulisan


KIAT PRAKTIS TEKNIK MENULIS

Rahasia Menggali Ide Tulisan

Encon Rahman, S.Pd


Pada majalah pendidikan Andika edisi April 2010 saya sudah mengemukakan tentang “Empat Kiat Meningkatkan Kemampuan Menulis.” Sebagai apersepsi, saya akan mengupas ulang sedikit materi sebelumnya ya. Empat kiat yang dimaksud, pertama berani untuk mencoba menulis. Kedua, berani mengumpulkan bahan tulisan. Ketiga, belajar terus teknik kepenulisan. Keempat, menjadi anggota himpunan penulis.
Apakah keempat kiat di atas sudah Anda praktikkan?
Bagi Anda yang belum sempat membaca lebih lengkap tulisan saya, silakan hubungi redaksi majalah pendidikan Andika. Selanjutnya, pada pertemuan kali ini saya akan membahas tentang “Empat Kiat Menggali Ide Tulisan.”
Sepenggal Pengalaman
Sekitar  enam belas tahun lalu, sejak 1992, selepas lulus Sekolah Pendidikan Guru (SPG Negeri Majalengka) saya menjadi warga urban di kota Paris van Java. Bekerja di koperasi, di salah satu perguruan tinggi swasta sambil kuliah. Hmm…ada pengalaman menarik,  terkait dengan kiat penggalian ide tulisan ini. 
Masih segar dalam ingatan saya, pada akhir bulan Februari 1996, hari raya Idul Fitri akan tiba. Sementara, pulus di saku lagi tongpes alias kantong kempes, sehingga menurut prediksi, saya tidak mungkin mudik ke Majalengka.
Didorong oleh tekad yang kuat untuk pulang kampung, saya berusaha medapatkan uang dari hasil tulisan. Maka, pada saat itu saya mencari ide tulisan yang bisa “laku dijual” ke media cetak. Setelah membaca, mendengar, dan menganalisis kira-kira tema apa yang bisa laku, firasat saya jatuh pada masalah mudik.
Selama diangkot (angkutan kota),  antara Jalan Lengkong Besar-Ledeng Bandung (saya kost di sekitar Kelurahan Ledeng, Red) saya bersikeras mencatat poin-poin penting tema tulisan yang muncul. Akhirnya, saya menemukan judul yang tepat “Gejala Psikologisasi Mudik.”
Setibanya di rumah kost. Dengan tidak mengenal lelah, saya segera menuangkan ide tersebut. Besok harinya, tulisan itu sudah jadi. Segera saya kirim. Alhasil dengan ijin Allah Swt., tulisan saya di muat di HU Bandung Pos edisi 16 Februari 1996.
Tiga hari kemudian saya datang ke bagian keuangan. Mengambil honorarium. Alhamdulillah, saya memperoleh honor sebesar Rp150.000,00 setelah dipotong pajak. Uang sebesar itu, pada waktu itu, tentu sangat menolong. Akhirnya, saya bisa mudik ke Majalengka. Bisa sungkem kepada kedua orang tua.
Sepenggal pengalaman pribadi di atas, memberi gambaran, penggalian ide tulisan jangan hanya ditunggu. Kita harus proaktif dan responsif untuk mengejarnya. Kondisii demikian, sebenarnya  bukan rahasia umum lagi, penulis sekaliber Hilman W, – penulis -- Lupus di era 90-an yang laris manis, menuturkan untuk mengejar deadline penerbit, setiap hari ia harus jalan-jalan ke berbagai tempat sekedar mencari seraya menangkap ide tulisan.
Kondisi serupa dialami pula oleh Maria A. Sardjono (novelis),  motinggo Busye (sastrawan), Zara Zettira (novelis) dan penulis lainnya. Pada dasarnya, mereka memiliki kesamaan dalam menggali proses kreatif, yaitu proaktif bukan malas-malasan, sambil menunggu ilham di kamar tidur sendirian.
Pengalaman senada diungkapkan Zainuddin HM dalam bukunya, Freelance Media (2003), “Terus terang, saya bisa membayar kuliah dan menyelesaikan kuliah S-1 di IKIP Jakarta karena duit dari hasil menulis di koran-koran,” ungkapnya.
Ya,  peluang menulis di media massa cetak banyak yang tidak kita sadari telah membuka peluang bagi mereka yang menyenangi dunia tulis-menulis. Dalam bukunya tersebut, wartawan kawakan ini bertutur, di tanah air tercatat kurang lebih 564 media massa cetak.
Dari total media massa cetak itu, dibutuhkan sebanyak 2.429 tulisan dari penulis-penulis lepas. Meski jumlah hitungan tulisan-tulisan lepas tersebut bisa jadi lebih, peluang menjadikan praktek menulis sebagai bentuk kewirausahaan yang unik bisa jadi sangat menjanjikan. O, ya majalah pendidikan Andika saja, dewasa ini telah membuka kesempatan kepada penulis freelance yang memiliki kapasitas untuk mengisi rubrik setiap terbitannya sekitar 10-15 penulis.
Ide Tulisan
Baiklah, kita kembali pada bahasan kali ini ya!
Seorang rekan mahasiswa seangkatan saya terpaksa menjadi ‘mahasiswa abadi’ lalu akhirnya DO (drouf out), gara-gara tidak mampu menciptakan judul skripsi dan menggarapnya. Kondisi tersebut bukan saja memprihatinkan, sekaligus menjadi pertanyaan mendasar, mengapa kok bisa begitu? Sedemikian sulitkah mencari judul atau ide tulisan? Bagaimana cara yang efektif menciptakan ide tulisan?
Ide tulisan  sering juga disebut topik, pokok pembicaraan, atau masalah yang akan dibahas. Itulah sebabnya, ide harus ditentukan sebelum kita mulai menulis. Tanpa ide tidak mungkin akan menghasilkan tulisan yang baik. Ide dapat kita cari dimana-mana.
Datangnya ide tulisan termasuk kategori “nakal” dan tak mengenal waktu. Ia hadir kapan saja. Kadang saat kita tengah menonton tv, mengerjakan salat lima waktu, atau saat bercengkrama dengan keluarga. Itulah sebabnya, beberapa teman saya –penulis produktif- kemana-mana tak pernah lepas membawa senjata andalan, buku dan pulpen!
Semula saya mentertawakannya. Tetapi, ketika saya menerjuni proses kreatif yang satu ini, apa yang pernah saya tertawakan, ternyata saya alami juga he..he! Anda boleh percaya atau tidak, ide tulisan itu “liar”. Maka, saya sarankan bawalah catatan kecil dan pulpen kemana saja Anda pergi. Saat ide hadir tangkap dan ikatlah dengan cara menuliskannya.
Kiat Menggali Tulisan
Mengikat ide dengan menuliskannya merupakan senjata pamungkas para penulis sukses di belahan dunia.  Mengapa demikian? Menangkap ide, ibarat kita berburu di hutan belantara. Salah menangkap, dipastikan buruan kita hilang. Entah kemana. Tak pernah kembali.
Sebenarnya sumber ide banyak dan melimpah. Misalnya, dari pengalaman pribadi, penelitian, atau proses imajinasi. Dengan kata lain, sumber ide tak pernah kering.
Pada sisi lain, ide tulisan dapat digali pula dengan cara. Pertama, mengamati lingkungan sekitar. Kedua, membaca berbagai literatur. Ketiga, melakukan diskusi. Keempat, mengembangkan daya kreatif imaji.
“Masih kurang jelas ya?”
“Hm…baik saya akan bahas satu per satu deh!”
Mengamati Lingkungan Sekitar
Saya membaca buku berjudul Menulis Artikel itu Gampang buah pena Nurudin yang diterbitkan Effhar. Semarang. Cetakan kedua, Februari 2002. Ia mengemukakan,  mengamati dalam hal ini adalah melihat, meresapi, dan mengolah dalam pikiran berbagai kejadian di sekitar kita. Sebab, tanpa disadari peristiwa di sekitar kita itu tak lain adalah bahan mentah sebagai unsur-unsur pembentuk sebuah tulisan.
Nurudin mencontohkan pengamatan terhadap demontrasi buruh bisa menjadi ide tulisan.  Anda mungkin tak punya pikiran jika mengamati demontrasi buruh saja bisa  membuat sebuah tulisan. Suatu saat  ada informasi akan ada kenaikan  Upah Minimum Regional (UMR) . Saat itu Anda punya pemikiran  dan pertanyaan,  apakah kenaikan ini ada kaitannya dengan demontrasi yang selama ini terjadi? Apakah pemicunya adalah  demontrasi tersebut?  Secara kebetulan  pula Anda sering mengikuti demontrasi itu? Pertanyaan yang mengusik Anda tersebut adalah langkah awal untuk membuat sebuah tulisan tentang buruh.
Bermuara dari asumsi di atas, pengamatan bagi seorang penulis adalah harus. Jika Anda malas mengamati kejadian di sekitar Anda, mustahil ide tulisan akan lahir begitu saja.
Membaca Berbagai Literatur
Selanjutnya, ide tulisan bisa lahir dengan cara membaca berbagai literatur. Bisa dari koran, buku, majalah atau tabloid.  Prof. DR. Henry Guntur Tarigan (alhm) dosen Universitas Pendidikan Indonesia Bandung adalah sosok penulis produktif yang banyak menulis buku dengan teknik yang satu ini.
Menurut cerita DR. Siti Maryam salah seorang pembicara pada Pelatihan Penulisan Buku Pengayaan, 11-15 Mei 2009 kerjasama Kab. Majalengka dengan Pusat Perbukuan (Pusbuk) Departemen Pendidikan Nasional, di Universitas Majalengka, pernah menyampaikan kepada saya saat rihat sebagai berikut, “Pak Encon, pak Tarigan itu termasuk penulis produktif. beliau melakukan proses kreatifnya pada pagi hari. Seluruh naskah karangannya, ia tulis dengan tulisan tangan rapih. Gaya penulisannya memang seperti parade kutifan. Itulah, bukti beliau sebagai pembaca besar. Hingga kini saya belum menemukan penulis yang sehebat beliau!” ujarnya lirih.
Ya, memang saya pernah mendengar ungkapan, penulis besar adalah pembaca besar. Jadi, apabila Anda kesulitan membuat ide tulisan. Bisa jadi, masalah sebenarnya terletak pada tataran masih rendahnya daya baca Anda selama ini.
Nah, karenanya jangan sungkan, setelah selesai membaca kiat praktis teknik menulis ini, Anda boleh  merapihkan kembali buku-buku perpustakaan pribadi Anda agar mudah mencari ide tulisan.
Melakukan Diskusi
Baik, kiat berikutnya yang dapat Anda coba dalam menggali ide tulisan adalah melakukan diskusi dengan teman sejawat. Atau siapa saja deh yang menurut Anda bisa melahirkan ide tulisan.
Seperti pernah saya alami, malam itu beberapa waktu silam sekitar pukul 22.00 WIB seorang teman penulis datang ke rumah mengetuk pintu.
“Tumben malam-malam datang ke mari?” tanya saya heran.
“Mau pinjam uang ya?” selidik saya seraya tertawa.
“Tidak!” jawabnya santai. Kemudian ia bercerita, bahwasannya tengah menulis naskah untuk dikirim ke koran besok, tetapi mengalami kebuntuan. Ia mengajak saya diskusi tentang tema tulisan yang sedang digarapnya. Satu jam berlalu. Ia pun pulang.
Lusanya. Tulisan itu dimuat di HU Pikiran Rakyat edisi Minggu.
Saya pun ditraktir. Makan bakso. Jajanan favorit saya.
Mengembangkan Daya Kreatif Imaji
Mengembangkan imajinasi termasuk lahan ide yang tak pernah kering. Biasanya, daya kreasi imaji ini sering dimanfaatkan untuk menulis cerita fiksi. Seperti cerpen, novel, cerbung, puisi dan drama.
Dewasa ini saya sering menyaksikan para penulis fiksi banyak yang mencurahkan ide kreatifnya sambil nongkrong di café, mal, supermarket, dan tempat umum lainnya. Sambil menikmati suasana. Mereka menuangkan ide-idenya via laptop yang digelar di atas meja makan sambil mencicipi hidangan.
Pembaca yang budiman, saya akhiri dulu ya bahasan kiat praktis teknik menulis ini. Sampai jumpa. O ya, jangan lupa, tangkap dan ikat ide tulisan dengan cara mencatatnya. Salam sukses!***

Buku yang sudah diterbitkan
1.     Panduan Operasional (Strategi Pemberdayaan Ekonomi Program Misykat) Dompet Peduli Ummat Daarut Tauhiid Bandung. Penerbit DPU DT Press Bandung.  
2.     Tahun 2005.
3.     Menuju Indonesia Sejahtera Upaya Pengentasan Kemiskinan. Penerbit Khanata    Pustaka LP3ES. Jakarta. Tahun 2006.
4.     Terampil dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk SD/MI Kelas 1 Penerbit CV. Djatnika. Bandung. Tahun 2007.
5.     Terampil dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk SD/MI Kelas 2 Penerbit CV. Djatnika. Bandung. Tahun 2007.
6.     Terampil dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk SD/MI Kelas 3 Penerbit CV. Djatnika. Bandung. Tahun 2007.
7.     Terampil dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk SD/MI Kelas 4 Penerbit CV. Djatnika. Bandung. Tahun 2007.
8.     Terampil dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk SD/MI Kelas 5 Penerbit CV. Djatnika. Bandung. Tahun 2007.
9.     Terampil dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk SD/MI Kelas 6 Penerbit CV. Djatnika. Bandung. Tahun 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar