KIAT PRAKTIS TEKNIK
MENULIS
Rahasia Menggali Ide Tulisan
Encon Rahman, S.Pd
Pada majalah pendidikan Andika edisi April
2010 saya sudah mengemukakan tentang “Empat Kiat Meningkatkan Kemampuan
Menulis.” Sebagai apersepsi, saya akan mengupas ulang sedikit materi sebelumnya
ya. Empat kiat yang dimaksud, pertama berani untuk mencoba
menulis. Kedua, berani mengumpulkan bahan tulisan. Ketiga,
belajar terus teknik kepenulisan. Keempat, menjadi anggota himpunan
penulis.
Apakah keempat kiat di atas sudah Anda praktikkan?
Bagi Anda yang belum sempat membaca lebih
lengkap tulisan saya, silakan hubungi redaksi majalah pendidikan Andika.
Selanjutnya, pada pertemuan
kali ini saya akan membahas tentang “Empat Kiat Menggali Ide Tulisan.”
Sepenggal Pengalaman
Sekitar enam belas
tahun lalu, sejak 1992, selepas lulus Sekolah Pendidikan Guru (SPG Negeri
Majalengka) saya menjadi warga urban di kota Paris van Java. Bekerja di
koperasi, di salah satu perguruan tinggi swasta sambil kuliah. Hmm…ada
pengalaman menarik, terkait dengan kiat
penggalian ide tulisan ini.
Masih segar dalam ingatan saya, pada akhir bulan Februari
1996, hari raya Idul Fitri akan tiba. Sementara, pulus di saku lagi tongpes
alias kantong kempes, sehingga menurut prediksi, saya tidak mungkin mudik ke
Majalengka.
Didorong oleh tekad yang kuat untuk pulang
kampung, saya berusaha medapatkan uang dari hasil tulisan. Maka, pada saat itu
saya mencari ide tulisan yang bisa “laku dijual” ke media cetak. Setelah
membaca, mendengar, dan menganalisis kira-kira tema apa yang bisa laku, firasat
saya jatuh pada masalah mudik.
Selama diangkot (angkutan kota), antara Jalan Lengkong Besar-Ledeng Bandung
(saya kost di sekitar Kelurahan Ledeng, Red) saya bersikeras mencatat
poin-poin penting tema tulisan yang muncul. Akhirnya, saya menemukan judul yang
tepat “Gejala Psikologisasi Mudik.”
Setibanya di rumah kost. Dengan tidak
mengenal lelah, saya segera menuangkan ide tersebut. Besok harinya, tulisan itu
sudah jadi. Segera saya kirim. Alhasil dengan ijin Allah Swt., tulisan saya di
muat di HU Bandung Pos edisi 16 Februari 1996.
Tiga hari kemudian saya datang ke bagian keuangan.
Mengambil honorarium. Alhamdulillah, saya memperoleh honor sebesar
Rp150.000,00 setelah dipotong pajak. Uang sebesar itu, pada waktu itu, tentu
sangat menolong. Akhirnya, saya bisa mudik ke Majalengka. Bisa sungkem kepada
kedua orang tua.
Sepenggal pengalaman pribadi di atas, memberi gambaran,
penggalian ide tulisan jangan hanya ditunggu. Kita harus proaktif dan responsif
untuk mengejarnya. Kondisii demikian, sebenarnya bukan rahasia umum lagi, penulis sekaliber
Hilman W, – penulis -- Lupus di era 90-an yang laris manis, menuturkan
untuk mengejar deadline penerbit, setiap hari ia harus jalan-jalan ke berbagai
tempat sekedar mencari seraya menangkap ide tulisan.
Kondisi serupa dialami pula oleh Maria A. Sardjono
(novelis), motinggo Busye (sastrawan),
Zara Zettira (novelis) dan penulis lainnya. Pada dasarnya, mereka memiliki
kesamaan dalam menggali proses kreatif, yaitu proaktif bukan malas-malasan,
sambil menunggu ilham di kamar tidur sendirian.
Pengalaman senada diungkapkan Zainuddin HM dalam bukunya,
Freelance Media (2003), “Terus terang, saya bisa membayar kuliah dan
menyelesaikan kuliah S-1 di IKIP Jakarta karena duit dari hasil menulis di
koran-koran,” ungkapnya.
Ya, peluang
menulis di media massa cetak banyak yang tidak kita sadari telah membuka
peluang bagi mereka yang menyenangi dunia tulis-menulis. Dalam bukunya
tersebut, wartawan kawakan ini bertutur, di tanah air tercatat kurang lebih 564
media massa cetak.
Dari total media massa cetak itu, dibutuhkan sebanyak
2.429 tulisan dari penulis-penulis lepas. Meski jumlah hitungan tulisan-tulisan
lepas tersebut bisa jadi lebih, peluang menjadikan praktek menulis sebagai
bentuk kewirausahaan yang unik bisa jadi sangat menjanjikan. O, ya majalah
pendidikan Andika saja, dewasa ini telah membuka kesempatan kepada
penulis freelance yang memiliki kapasitas untuk mengisi rubrik setiap
terbitannya sekitar 10-15 penulis.
Ide Tulisan
Baiklah, kita kembali pada bahasan kali ini ya!
Seorang rekan mahasiswa seangkatan saya terpaksa menjadi
‘mahasiswa abadi’ lalu akhirnya DO (drouf out), gara-gara tidak mampu
menciptakan judul skripsi dan menggarapnya. Kondisi tersebut bukan saja
memprihatinkan, sekaligus menjadi pertanyaan mendasar, mengapa kok bisa
begitu? Sedemikian sulitkah mencari judul atau ide tulisan? Bagaimana cara yang
efektif menciptakan ide tulisan?
Ide tulisan sering
juga disebut topik, pokok pembicaraan, atau masalah yang akan dibahas. Itulah
sebabnya, ide harus ditentukan sebelum kita mulai menulis. Tanpa ide tidak
mungkin akan menghasilkan tulisan yang baik. Ide dapat kita cari dimana-mana.
Datangnya ide tulisan termasuk kategori “nakal” dan tak
mengenal waktu. Ia hadir kapan saja. Kadang saat kita tengah menonton tv,
mengerjakan salat lima waktu, atau saat bercengkrama dengan keluarga. Itulah
sebabnya, beberapa teman saya –penulis produktif- kemana-mana tak pernah lepas
membawa senjata andalan, buku dan pulpen!
Semula saya mentertawakannya. Tetapi, ketika saya
menerjuni proses kreatif yang satu ini, apa yang pernah saya tertawakan,
ternyata saya alami juga he..he! Anda boleh percaya atau tidak, ide tulisan itu
“liar”. Maka, saya sarankan bawalah catatan kecil dan pulpen kemana saja Anda
pergi. Saat ide hadir tangkap dan ikatlah dengan cara menuliskannya.
Kiat Menggali Tulisan
Mengikat ide dengan menuliskannya merupakan senjata
pamungkas para penulis sukses di belahan dunia.
Mengapa demikian? Menangkap ide, ibarat kita berburu di hutan belantara.
Salah menangkap, dipastikan buruan kita hilang. Entah kemana. Tak pernah
kembali.
Sebenarnya sumber ide banyak dan melimpah. Misalnya, dari
pengalaman pribadi, penelitian, atau proses imajinasi. Dengan kata lain, sumber
ide tak pernah kering.
Pada sisi lain, ide tulisan dapat digali pula dengan
cara. Pertama, mengamati lingkungan sekitar. Kedua,
membaca berbagai literatur. Ketiga, melakukan diskusi. Keempat,
mengembangkan daya kreatif imaji.
“Masih kurang jelas ya?”
“Hm…baik saya akan bahas satu per satu deh!”
Mengamati Lingkungan Sekitar
Saya membaca buku berjudul Menulis Artikel itu
Gampang buah pena Nurudin yang diterbitkan Effhar. Semarang. Cetakan kedua,
Februari 2002. Ia mengemukakan,
mengamati dalam hal ini adalah melihat, meresapi, dan mengolah dalam pikiran
berbagai kejadian di sekitar kita. Sebab, tanpa disadari peristiwa di sekitar
kita itu tak lain adalah bahan mentah sebagai unsur-unsur pembentuk sebuah
tulisan.
Nurudin mencontohkan pengamatan terhadap demontrasi buruh
bisa menjadi ide tulisan. Anda mungkin
tak punya pikiran jika mengamati demontrasi buruh saja bisa membuat sebuah tulisan. Suatu saat ada informasi akan ada kenaikan Upah Minimum Regional (UMR) . Saat itu Anda
punya pemikiran dan pertanyaan, apakah kenaikan ini ada kaitannya dengan
demontrasi yang selama ini terjadi? Apakah pemicunya adalah demontrasi tersebut? Secara kebetulan pula Anda sering mengikuti demontrasi itu?
Pertanyaan yang mengusik Anda tersebut adalah langkah awal untuk membuat sebuah
tulisan tentang buruh.
Bermuara dari asumsi di atas, pengamatan bagi seorang
penulis adalah harus. Jika Anda malas mengamati kejadian di sekitar Anda,
mustahil ide tulisan akan lahir begitu saja.
Membaca Berbagai Literatur
Selanjutnya, ide tulisan bisa lahir dengan cara membaca
berbagai literatur. Bisa dari koran, buku, majalah atau tabloid. Prof. DR. Henry Guntur Tarigan (alhm) dosen
Universitas Pendidikan Indonesia Bandung adalah sosok penulis produktif yang
banyak menulis buku dengan teknik yang satu ini.
Menurut cerita DR. Siti Maryam salah seorang pembicara
pada Pelatihan Penulisan Buku Pengayaan, 11-15 Mei 2009 kerjasama Kab. Majalengka dengan Pusat
Perbukuan (Pusbuk) Departemen Pendidikan Nasional, di Universitas Majalengka,
pernah menyampaikan kepada saya saat rihat sebagai berikut, “Pak Encon, pak
Tarigan itu termasuk penulis produktif. beliau melakukan proses kreatifnya pada
pagi hari. Seluruh naskah karangannya, ia tulis dengan tulisan tangan rapih. Gaya penulisannya memang
seperti parade kutifan. Itulah, bukti beliau sebagai pembaca besar. Hingga kini
saya belum menemukan penulis yang sehebat beliau!” ujarnya lirih.
Ya,
memang saya pernah mendengar ungkapan, penulis besar adalah pembaca besar.
Jadi, apabila Anda kesulitan membuat ide tulisan. Bisa jadi, masalah sebenarnya
terletak pada tataran masih rendahnya daya baca Anda selama ini.
Nah,
karenanya jangan sungkan, setelah selesai membaca kiat praktis teknik menulis
ini, Anda boleh merapihkan kembali
buku-buku perpustakaan pribadi Anda agar mudah mencari ide tulisan.
Melakukan Diskusi
Baik,
kiat berikutnya yang dapat Anda coba dalam menggali ide tulisan adalah
melakukan diskusi dengan teman sejawat. Atau siapa saja deh yang
menurut Anda bisa melahirkan ide tulisan.
Seperti pernah saya alami, malam itu beberapa waktu silam
sekitar pukul 22.00 WIB seorang teman penulis datang ke rumah mengetuk pintu.
“Tumben malam-malam datang ke mari?” tanya saya heran.
“Mau pinjam uang ya?” selidik saya seraya tertawa.
“Tidak!” jawabnya santai. Kemudian ia bercerita,
bahwasannya tengah menulis naskah untuk dikirim ke koran besok, tetapi
mengalami kebuntuan. Ia mengajak saya diskusi tentang tema tulisan yang
sedang digarapnya. Satu jam berlalu. Ia pun pulang.
Lusanya. Tulisan itu dimuat di HU Pikiran Rakyat
edisi Minggu.
Saya pun ditraktir. Makan bakso. Jajanan favorit saya.
Mengembangkan Daya Kreatif Imaji
Mengembangkan imajinasi termasuk lahan ide yang tak
pernah kering. Biasanya, daya kreasi imaji ini sering dimanfaatkan untuk
menulis cerita fiksi. Seperti cerpen, novel, cerbung, puisi dan drama.
Dewasa ini saya sering menyaksikan para penulis fiksi
banyak yang mencurahkan ide kreatifnya sambil nongkrong di café, mal,
supermarket, dan tempat umum lainnya. Sambil menikmati suasana. Mereka
menuangkan ide-idenya via laptop yang digelar di atas meja makan sambil
mencicipi hidangan.
Pembaca yang budiman, saya akhiri dulu ya bahasan
kiat praktis teknik menulis ini. Sampai jumpa. O ya, jangan lupa, tangkap dan
ikat ide tulisan dengan cara mencatatnya. Salam sukses!***
Buku yang sudah diterbitkan
1.
Panduan Operasional
(Strategi Pemberdayaan Ekonomi Program Misykat) Dompet Peduli Ummat Daarut
Tauhiid Bandung. Penerbit DPU DT Press Bandung.
2.
Tahun
2005.
3.
Menuju Indonesia Sejahtera Upaya Pengentasan Kemiskinan.
Penerbit Khanata Pustaka LP3ES.
Jakarta. Tahun
2006.
4.
Terampil
dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk SD/MI Kelas 1 Penerbit CV. Djatnika.
Bandung. Tahun 2007.
5.
Terampil
dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk SD/MI Kelas 2 Penerbit CV. Djatnika.
Bandung. Tahun 2007.
6.
Terampil
dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk SD/MI Kelas 3 Penerbit CV. Djatnika.
Bandung. Tahun 2007.
7.
Terampil
dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk SD/MI Kelas 4 Penerbit CV. Djatnika. Bandung.
Tahun 2007.
8.
Terampil
dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk SD/MI Kelas 5 Penerbit CV. Djatnika.
Bandung. Tahun 2007.
9.
Terampil
dan Kreatif Berbahasa Indonesia untuk SD/MI Kelas 6 Penerbit CV. Djatnika.
Bandung. Tahun 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar