Translate

Sabtu, 15 September 2012

membalut kesalahan dengan istigfar


Membalut Kesalahan Dengan Istigfar
Oleh: Encon Rahman


Entah sudah berapa kali kita mengulang kesalahan. Kesalahan pada diri, orang lain, dan kepada Allah Swt. Begitu rapuh dan mudahnya kita mengeja kesalahan. Dampaknya, jejak kesalahan yang sering kita cetak, kerap melupakan kesadaran dan nilai taubat di hadapan-Nya.
“Kesalahan kan manusiawi!” Begitulah kita sering membela diri. Ujungnya, kesalahan ibarat roda. Bergulir tak pernah bertepi. Namun, akhirnya kita pun menyadari ketika kata mati semakin mendekat pada diri.
Kenapa kesalahan demi kesalahan begitu mudah kita bingkai dalam harian kita? Bukankah cahaya Illahi telah lama merambat lewat pintu dan jendela hati kita?
Tak sepatutnya bingkai kesalahan itu kita simpan. Pecahkan saja dan buang jauh-jauh. Sebagaimana Rasulullah seorang manusia mulia pernah menasehati sahabat Uqbah bin Amir, ”Peliharalah lidahmu, betahlah tinggal di rumahmu dan tangisi dosa-dosamu!” (HR. Tirmidzi).
Menangisi dosa dan mengingat ulang ‘kekhilafan’ yang pernah kita rangkai adalah babak awal dalam menggapai cinta dan kasih sayang-Nya. Allah berfirman,”Hai hamba-hambku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya... “(QS Az-Zumar : 53).
Menjaring Rahmat Allah Swt
Menjaring rahmat Allah memang tidak semudah membalikan telepak tangan. Meskipun demikian,  Allah maha berkehendak. Artinya gerbang hidayah selalu terbuka bagi siapa yang dikehendakinya. Persoalannya, apakah kita mengetahui kunci pembuka gerbang hidayah itu?
Jika lembaran firman Allah yang terangkum dalam Alquran kita sisir kembali. Maka, kita akan menemukannya salah satu kunci pembuka tersebut. Perhatikan kutipan firman Allah berikut ini.
“...dan mohonlah ampun kepada Allah; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Baqarah: 199).
“Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu...” (QS. Ali Imran: 133).
“Dan mohonlah ampun kepada Allah...!” (QS. An-Nisa: 106).
Dari sebagian kutipan ayat Alquran tersebut kita mendapati kata  “mohonlah ampunan kepada Allah”. Dengan kata lain sering-seringlah kita mengucapkan istigfar! Istigfar merupakan mediator (cara) untuk bertobat sedangkan tobat sendiri merupakan sesuatu yang wajib bagi setiap muslim tanpa terkecuali.
Menurut Helmi Laksono (2004)  kita dianjurkan untuk mengucapkan istigfar sebanyak-banykanya pada saat: (1) ketika sedang memperoleh kemenangan atau keberhasilan tentang sesuatu yang menggembirakan, (2) sedang ditimpa musibah (kecelakaan dan sebagainya), (3) saat menghadapi problema (keluarga, pekerjaan, dan lain-lain), (4) ditimpa kefakiran (ketidak cukupan kebutuhan hidup sehari-hari), (5) sedang dilanda ketakutan, perasaan was-was, gelisah, dll, (6) ketika menyadari dirinya telah terjatuh kepada keburukan/dosa dan semacamnya, dan (7) sewaktu menghadapi musuh, kebencian orang atau bahaya.
Mengucapkan istigfar bukan saja bisa meluluhlantahkan dosa yang kita perbuat, tetapi juga bisa meningkatkan mentalitas dan kepasrahan kepada sang Kholik. Itulah sebabnya,  membiasakan diri membaca istigfar kapan dan dimanapun di berbagai tempat yang tidak dilarang agama, sebaiknya kita dawamkan.
Istigfar merupakan simbolisasi rasa syukur sebagai makhluk Allah, sekaligus pembuka nikmat yang tiada tara. Sebagaimana firman-Nya dalam Alquran surat  Hud ayat 3, “Dan hendaklah kamu beristigfar (meminta ampun) kepada Tuhanmu dan bertobat kepada-Nya (jika kamu mengerjakan yang demikian) niscaya Dia (Allah) akan memberi kenikmatan yang baik (terus menerus) kepadamu sampai waktu yang ditentukan, dan Dia (Allah) akan memberikan kepada tiap-tiap orang yang mempunyai keutamaan....”
Sejalan dengan firman  Allah di atas, Rasulullah bersabda, “Barang siap yang memperbanyak istigfar maka Allah akan menghilangkan darinya segala kesusahan, menghilangkan darinya segala kesempitan, dan akan mendatangkan rezeki dari sumber yang tidak terduga.” (HR  Abu Daud).
Jadi, dari uraian singkat ini kita dapat menyimpulkan, setiap rangkaian kata istigfar yang kita ucap pada dasarnya  bisa membalut kesalahan demi kesalahan  yang pernah kita tabur.  Harapannya, kita termasuk orang-orang beruntung, “...dan bertobatlah kamu semuanya kepada Allah hai orang-orang yang beriman, supaya kamu beruntung.” (QS. An-Nur: 31).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar