Kiat
Praktis Teknik Menulis
Rahasia
Cara Menulis Judul Artikel agar Menarik
Encon
Rahman, S.Pd
Pada 4 Maret 2011 lalu, pukul 21:24:57
handphone saya tiba-tiba menjerit. Memecahkan kesunyian. Dari nada deringnya saya
bisa menebak, ada pesan SMS yang masuk.
Reflek, tangan kanan
saya meraih HP yang tersembunyi di balik jas yang saya pakai. Malam itu, saya
tengah berada di hotel Ayong Linggarjati Kab. Kuningan mengikuti kegiatan
penyusunan laporan program Bermutu KKG, MGMP, KKKS, KKPS, dan MKPS Disdik se-Kab.
Majalengka 4-5 Maret 2011.
Setelah
saya buka, ternyata pesan SMS itu berasal dari nomor +6281947012xxx, isi pesannya,
“Ass..punten pak saya termasuk orang yg
suka dg karya tulis tapi trus trang kadang saya bingung dlm menuangkan kata-katanya.
Salam kenal dri saya...”
Sejenak
saya termenung untuk menjawab pesan SMS tersebut. Namun, selanjutnya saya balas
dengan ucapan motivasi kepada yang bersangkutan agar terus menulis secara
langsung tanpa edit sedikitpun. Biarkan gagasan itu mengalir begitu saja tanpa
mempedulikan berbagai hal. Termasuk EYD. Nanti setelah 3 hari boleh
mengeditnya. Kira-kira demikian isi balasan saya.
SMS
dari saya kemudian beliau jawab,”ok pak,
saya siap ngikutin saran Bapak, makasih atas doa dn bimbinganya pak...”
Selanjutnya ia pun
menyampaikan SMS,”ya mksih pak, mlm ini
sya lg merenungkan kata-kata bapa yang dimuat dlm slh satu mjlh. Dn skrng ini
sya sudah memegang buku dn pulpen. pengen kaya bapak.”
Menuangkan gagasan
dalam bentuk karya tulis, bagi penulis pemula memang sering dirasa sulit.
Segudang gejolak yang menggebu dan sederet kalimat yang ingin dimuntahkan,
kerap tak bisa mewakili harapan ideal sebuah karya tulis.
Pada umumnya, berkali-kali
kalimat dirangkai. Saat dibaca terasa janggal. Berkali-kali kalimat dilahirkan.
Saat ditata terasa tak nyaman. Kondisi demikian, sering menyebabkan penulis
pemula frustasi dan malas untuk meneruskan menulis.
Nah, apakah gambaran tersebut
pernah Anda alami? Jika ya berarti Anda belum termasuk kategori orang yang
sabar dalam menulis.
Mulailah menulis karya
tulis, sejenis artikel misalnya dengan
menentukan judul tulisan. Meskipun sebenarnya tidak diharamkan jika Anda
menuangkan gagasan terlebih dahulu, selanjutnya menentukan judul tulisan.
“Mana yang paling tepat
pak Encon?” Keduanya benar. “Kalau pak Encon sendiri biasanya menulis judul
atau menuangkan gagasan terlebih dahulu?” Mungkin Anda bertanya seperti itu.
“Oh...kalau saya sih sering menentukan judul terlebih
dahulu. Kemudian menuangkan gagasan secara komprehensif.” Menurut pengalaman
saya menentukan judul terlebih dahulu lebih memiliki ruh, ketimpang menentukan
judul kemudian. Meskipun kadang-kadang
judul awal yang sudah dipasang, tiba-tiba saya ubah paska karangan
selesai.
Judul yang menarik,
akan mendorong orang lain terpikat untuk membacanya. Sebaliknya, judul yang
asal-asalan bukan saja menggambarkan kegagalan sekaligus karya itu tidak akan
pernah dibaca oleh siapapun.
“Jadi bagaimana dong pak Encon, agar judul tulisan
berupa artikel menarik untuk dibaca?”
Pertama, jika Anda menulis artikel
untuk koran dan majalah, maka menulis judul syaratnya antara satu hingga tujuh
kata. Tidak boleh lebih. Jika judul tulisan lebih dari tujuh kata, tulisan Anda
termasuk kategori makalah, laporan, skripsi, atau tesis.
Kedua, jangan menulis judul artikel
yang ambigu. Banyak naskah dari penulis yang masuk ke bok redaksi Andika judulnya bias. Tidak jelas.
Kadang-kadang antara judul dan isi tulisan tidak nyambung. Terpaksa deh masuk keranjang recycle bin.
Ketiga,
judul tulisan harus aktual. Koran dan majalah hanya membutuhkan tulisan-tulisan
yang aktual. Yang dimaksud aktual, bukan saja yang sedang trend diperbincangkan
oleh publik. Melainkan, memiliki irisan dengan momen tertentu.
Misalnya,
kasus Nurdin Holid dan PSSI, hak angket, mafia pajak, koalisi partai, atau
biasanya dibulan April ada peringatan hari RA Kartini, persiapan Ujian Nasional.
Maka tulisan yang mengupas momen-momen itu pasti dipertimbangkan redaksi.
Keempat, judul artikel sebaiknya
menggunakan kalimat aktif. Judul artikel ibarat raut muka seseorang. Jika yang
bersangkutan cantik, maka pandangan akan menyapu seluruh anggota tubuh yang
bersangkutan. Itulah sebabnya, pemilihan judul sangatlah urgen.
Judul yang baik selalu
menggunakan kalimat aktif. Misalnya, Valentine
Day dalam Kancah Industri Global, Plus Minus Tutupnya Jalur Mandiri Perguruan
Tinggi Negeri, Peran Bimbel dalam Pendidikan, Wartawan Profsional Vs Wartawan
Karbitan, Mencegah Anak Kecanduan Mengakses Situs Porno, dan Untung Rugi Pelaksanaan Merger Sekolah Dasar.
Seluruh judul artikel
itu merupakan tulisan saya yang sudah dimuat HU Radar Cirebon rubrik Wacana, selama
bulan Februari 2011. O ya, saya tidak memilih judul Untung Rugi Dilaksanakannya Merger Sekolah Dasar. Kenapa demikian?
Perhatikan
diksi pelaksanaan dan dilaksanakan. Pelaksanaan termasuk
pilihan diksi kalimat aktif. Sedangkan dilaksanakan termasuk diksi kalimat
pasif. Sepele memang, tapi kondisi ini termasuk kata kunci apakah naskah Anda
bisa dimuat oleh atau tidak oleh redaksi.
O
ya, selain judul artikel yang harus
diperhatikan, juga paragraf awal artikel—teman-teman saya menyebutnya intro
tulisan—harus menarik. Jika intronya tidak menarik. Penanggungjawab rubrik
(jabrik) biasanya malas membaca naskah yang Anda kirim. Jika sudah demikian, tulisan
Anda termasuk kategori tidak lulus sensor.
Di samping itu, jumlah
baris kalimat dalam satu paragraf artikel hanya diperbolehkan antara dua hingga
lima baris saja. Itupun sangat maksimal. Sebagai tim redaksi media lokal
Majalengka, saya sering menemukan kiriman artikel dari penulis, dengan jumlah
paragraf rata-rata memiliki enam hingga dua belas baris per paragrafnya.
Terpaksa deh naskah itu tidak layak
muat.
Baiklah, pertemuan kali
ini saya akhiri dulu. Mudah-mudahan bulan depan kita bisa berbincang kembali
dalam rubrik kiat praktis teknik menulis. Salam Sukses.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar